
Tangerang, postangerang.com.
Polemik tentang perkembangan dan ekspansi kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 tampaknya tidak pernah benar-benar mereda, Utara Tangerang, Kab Tangerang, Banten, kamis (20/11).
Sejak tahap awal perencanaan hingga kini, diskursus publik terus terbelah antara kelompok yang menilai PIK 2 sebagai ancaman ekologis dan sosial.
Serta mereka yang melihatnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru di Tangerang Utara.
Perdebatan panjang ini bahkan telah menjadi semacam “narasi tak berujung”, yang terus muncul dalam ruang publik tanpa pernah mencapai kesepakatan final.
Dalam konteks pembangunan wilayah, polarisasi yang berkepanjangan semacam ini sering kali membuat masyarakat hanya berkutat pada dua pilihan ekstrem, menerima sepenuhnya atau menolak sepenuhnya.
Padahal, di luar pro-kontra yang menguras energi, terdapat realitas objektif bahwa PIK 2 telah berkembang menjadi struktur ruang baru yang tidak mungkin diabaikan.
Oleh karena itu, yang lebih penting bukan hanya mempertanyakan keberadaannya, tetapi membaca peluang, memaknai perubahan, dan menjemput manfaat dari keberadaan kota mandiri tersebut.
PIK 2 sebagai Fenomena Urbanisasi Baru, Data pembangunan menunjukkan bahwa PIK 2 tidak sekadar proyek hunian berskala besar, melainkan bagian dari transformasi urbanisasi modern.
Kawasan ini ditargetkan mencakup lebih dari 7.000 hektare, menjadikannya salah satu megaproyek kota mandiri terbesar di Indonesia.
Total investasi yang masuk diperkirakan telah melampaui Rp 60 triliun, dengan proyeksi pertumbuhan nilai properti mencapai 20% per tahun pada beberapa segmen.
Secara demografis, kawasan pesisir Tangerang Utara mengalami lonjakan populasi sebesar 3,4% per tahun, jauh di atas rata-rata pertumbuhan penduduk Banten yang berkisar 2,1%.
Aksesibilitas baru melalui tol, jembatan penghubung, dan koridor komersial membuat kawasan ini berubah menjadi pusat aktivitas ekonomi baru.
Tingkat kunjungan wisata ke kawasan pantai dan area komersial PIK 2 pada akhir pekan diperkirakan mencapai 35.000–50.000 orang per hari—suatu angka yang cukup signifikan untuk menciptakan dinamika ekonomi lokal.
Berdasarkan pernyataan pengelola Aloha Pasir Putih, trafik pengunjung bisa mencapai ~20.000 orang per hari di akhir pekan, sehingga jika diproyeksikan ke seluruh kawasan PIK 2.
Estimasi pengunjung akhir pekan bisa berada di angka puluhan ribu, meski data resmi menyeluruh belum dipublikasikan.
Dengan karakteristik tersebut, PIK 2 dapat dikategorikan sebagai bagian dari fenomena peri-urbanization perluasan kota besar ke wilayah tepi yang kemudian menjadi simpul ekonomi baru.
Analisis Peluang Melalui Teori Akademik
Untuk memahami secara lebih komprehensif peluang yang muncul, beberapa perspektif teoritis dapat digunakan.yakni:
Teori Kutub Pertumbuhan (François Perroux), PIK 2 berfungsi sebagai growth pole, yaitu pusat pertumbuhan yang memunculkan dampak sebar (spread effect) dan daya serap (backwash effect).
Spread effect dapat berupa, tumbuhnya UMKM kuliner, jasa transportasi, bisnis retail, peluang kerja baru.
Sedangkan backwash effect perlu diantisipasi melalui kebijakan publik, seperti naiknya harga tanah atau terpinggirkannya pelaku ekonomi lokal.
Opportunity Structure Theory, Peluang ekonomi tidak hadir secara merata; ia perlu diakses melalui kompetensi, jaringan, dan adaptasi. Kehadiran PIK 2 membuka ruang baru bagi, pelaku UMKM pesisir, penyedia jasa wisata,
Ektor makanan-minuman, ekonomi kreatif, layanan profesional yang beroperasi mengikuti arus mobilitas penduduk baru.
Teori Adaptasi Sosial (Anthony Giddens), Masyarakat yang mampu beradaptasi terhadap struktur baru akan memperoleh manfaat, sementara mereka yang bertahan pada pola lama berpotensi tertinggal.
Adaptasi ini meliputi, pembaruan keterampilan, pemanfaatan peluang pasar, pemahaman dinamika ruang baru.
Dengan demikian, transformasi PIK 2 dapat dimaknai sebagai perubahan struktural yang menuntut respons aktif, bukan resistensi semata.
PIK 2 sebagai Kota Mandiri Baru dari Perspektif Akademik dan Pengemban.
(Asep Juanda)
Related Posts

Forum PPPK Paruh Waktu Kabupaten Tangerang Terbentuk,Yahya Ansori Terpilih Jadi Ketua.

UMKM mendapatkan pelatihan dari Pemda Kab Tangerang.

Kepala sekolah man 2 balaraja Hj. Maryani Sekolah man 2 untuk dalam bidang berpartisipasi.

Ketua Co-op GERNAS, Gema Sasmita saat menyerahkan Jaket HMNI kepada Sekjen Kementrian KKP, Irjen Pol. Prof. Dr. Rudy Heriyanto, di dampingi Ketua Umum HMNI, Brata Tridarma.

Kehadiran Menteri Nusron dalam peresmian ini menunjukkan dukungan terhadap penguatan ekonomi kerakyatan berbasis desa.

No Responses